Mama-mama Papua Kunjungi Sekolah Perempuan Mosintuwu

0
1933

Cerita tentang sekolah perempuan Mosintuwu, terdengar sampai ke negeri Papua. Ribuan kilometer ditempuh mama-mama Papua selama 3 hari  untuk bisa mengunjungi perempuan Poso yang diorganisir di sekolah Perempuan Mosintuwu. Sebanyak 27 orang mama-mama dari kabupaten Waropen tiba di Poso pada tanggal 30 April 2018.  

“Apa yang kami lihat dan dapatkan disini akan coba kami terapkan di daerah kami, Waropen. Kami datang untuk belajar dari ibu-ibu sekolah perempuan yang ada di Poso . Kami yakin ada banyak inspirasi yang bisa dikembangkan dari cerita di Poso untuk Papua” kata Demarce, kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kabupaten Waropen. 

Selama 5 hari, sejak Selasa 1 Mei 2018, mama-mama Papua Waropen ini akan mengikuti training sebagai fasilitator sekolah perempuan. Selain belajar di dalam ruangan, mereka dijadualkan melakukan kunjungan lapangan ke sekolah perempuan yang ada di desa Salukaia, kecamatan Pamona Barat dan sekolah perempuan yang ada di desa Kilo, kecamatan Poso Pesisir Utara.

Dalam pembukaan kegiatan Training di Dodoha Mosintuwu, Tentena, hadir pula ibu-ibu alumni sekolah perempuan Poso untuk berbagi cerita dengan peserta dari Papua. Interaksi antara peserta sekolah perempuan Waropen dengan alumni sekolah perempuan Mosintuwu ini adalah bentuk berbagi pengetahuan dan pengalaman yang dirasakan dan dialami selama mengikuti sekolah perempuan di Poso.

Baca Juga :  VCO Desa Kilo : Selaraskan Alam dan Perdamaian Poso

Salah satu program Sekolah Perempuan Mosintuwu, yakni tabungan perempuan yang dipraktekkan perempuan desa Salukaia mendapat perhatian khusus dari sesepuh perempuan Waropen, ibu Wanggai. Menurut dia, program itu menarik karena memberi sumbangsih tinggi pada peningkatan ekonomi perempuan di desa. 

Ibu Marce, bendahara pasar subuh Desa Salukaia, menjelaskan bagaimana program tabungan yang dibanyak tempat dianggap sulit dilaksanakan bisa berjalan di desanya. Kata dia, kuncinya adalah kesadaran dibarengi komitmen untuk menjalankannya.

“Yang ditabung memang sedikit demi sedikit, hanya setiap kali kami ba pasar. Tapi semuanya berkomitmen, sadar bahwa menabung ini penting untuk kehidupan kami nantinya. Bagaiman membiayai kalau sakit, untuk biaya sekolah anak-anak. Semua itu yang membuat kami terus menjalankan tabungan ini, biarpun sedikit”kata ibu Marce.

Asisten Deputi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Budi Wardaya yang hadir membuka kegiatan di Dodoha Mosintuwu, Selasa 1 Mei 2018 kemarin mengatakan, Sekolah Perempuan adalah salah bentuk pemberdayaan perempuan diakar rumput untuk memutuskan kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan.

Di wilayah Papua, seperti Waropen, kasus kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan masih tergolong tinggi, karenanya, menurut Budi Wardaya, sekolah perempuan menjadi sangat penting. Menariknya, Waropen adalah contoh pertama intervensi pemerintah dalam bentuk program sekolah perempuan.

Baca Juga :  Gusdurian Award untuk Mosintuwu dan Rekomendasi Gusdurian untuk Indonesia

“Kita berharap baik Waropen maupun Poso bisa menjadi contoh bagi daerah dan negara lain. Ini adalah contoh inovasi yang kita nilai sangat bagus. Dalam sistem penghargaan yang diberikan pada sebuah daerah, ini adalah penilaian yang paling tinggi bagi sebuah daerah”kata Budi Wardaya.

Sebelumnya, cerita tentang sekolah perempuan Mosintuwu menjadi salah satu model pemberdayaan perempuan di Indonesia yang disampaikan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam kunjungan kenegaraanya ke beberapa negara. Lian, Gogali, pendiri sekolah perempuan Mosintuwu diajak untuk membantu rencana mengembangkan sekolah perempuan di Papua. Dalam kunjungan di Kabupaten Waropen, Lian bersama-sama mama-mama Papua mendiskusikan persoalan perempuan di Waropen dan kebutuhan dalam mengatasinya. 

“Baik mama papua dan perempuan Poso memiliki kekuatan yang sama yaitu  bekerja menjaga kehidupan dan alam di sekitarnya” kata Lian dalam sambutannya saat pembukaan training, “ Kesamaan yang lain adalah Papua dan Poso sangat kaya dengan sumber daya alam, namun sulit akses dalam mengelolanya, apalagi oleh perempuan”

Selanjutnya disampaikan Lian, konsep Sekolah Perempuan menjadi sebuah model yang mengelola kekuatan perempuan serta kekayaan alam untuk kesejahteraan masyarakat.

Baca Juga :  Memupuk Harapan pada Kerajinan Bambu Poso

Penyerahan siga kepala laki-laki dari papua dan tali bonto kepala mama-mama Papua dilakukan sebagai simbol diterimanya mereka di Tana Poso. Sebaliknya topi khas Papua diberikan oleh mama-mama Papua kepada Asdep Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Anak Budi Wardaya, Direktur Institut Mosintuwu Lian Gogali, Maestro Budaya Poso Yustinus Hokey dan perwakilan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak Poso.  Pembukaan training dimeriahkan dengan lagu-lagu dari Papua misalnya lagu tanah Papua, Yamko Rambe Yamko, serta tarian khas Papua.

Kunjungan mama-mama Waropen ini juga menjadi bukti bahwa kegiatan sekolah perempuan yang dilaksanakan di Poso sudah dikenal luas di Indonesia bahkan sudah menginspirasi daerah lain. Dalam waktu dekat, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak menurut Budi Wardaya juga akan membuka Sekolah Perempuan di salah satu kabupaten di provinsi NTT. Model sekolah perempuan yang dikembangkan akan belajar dari konsep sekolah perempuan yang dikembangkan oleh Institut Mosintuwu. Selain mama-mama Papua Waropen yang adalah calon fasilitator sekolah perempuan yang akan dikembangkan di Waropen, hadir dalam kunjungan ini Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak kabupaten Waropen bersama dengan kepala seksi berbagai bidang , Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Waropen, Bappeda dan seorang polisi. 

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda