Dongeng Damai Anak – Anak Poso

1
3221

“Sayaaaaaa….!!” Jari-jari kecil 200-an anak-anak terancung serempak sambil berteriak kencang dan tersenyum lebar menyahuti pertanyaan seorang kakak berdiri di lingkaran rumah bambu di tepi Danau Poso, sore hari itu. Wajah mereka nampak melongo, penasaran menanti kelanjutan cerita tentang Pintu yang Berdecit. Sesekali mereka menggerakkan tangan mengikuti gerakan pendongeng di depan mereka. Tak jarang mulut mereka ikut komat-kamit menirukan mimik, lalu tertawa lepas ketika menemukan cerita lucu.

Tiba-tiba teriakan “ aaaaaaaaaaaa…..” diserukan semua anak dengan nada panjang. Mereka sedang mendengar dongeng Pintu yang Berdecit oleh kak Aio, pendongeng dan pendiri Ayo Dongeng Indonesia. “ “ayam” celutuk seorang anak. “ Sapi!” seru yang lain. “Gajah” teriak beberapa anak tak mau kalah ketika Kak Aio menanyakan binatang apa yang bisa dimasukkan dalam kamar. Mengikuti seruan anak-anak, Kak Aio mengajak anak-anak mengikuti gerakannya memasukkan gajah dalam kamar. Anak-anak mengikuti penuh semangat dengan berbagai gaya agar gajah masuk ke dalam kamar dan anak kecil di dalam kamar yang didongengkan saat itu bisa berhenti menangis.

Baca Juga :  Kebun Bersama : Gerakan Kembali Berkebun, Belajar dari Sejarah Wabah Poso

Bukan hanya Kak Aio yang memukau anak-anak dengan tiga dongeng menarik. Ngkai Tinus, seorang kakek yang dikenal sebagai budayawan tana Poso ikut  molaulita, sebuah tradisi mendongeng dalam kebudayaan Poso. Tiga Anak Babi yang Malang dibawakan Ngkai Tinus dengan alunan syair dalam lirik yang syadu, membuat suasana menjadi hening. Ketika  Kak Yeni, pendongeng lainnya dari Ayo Dongeng Indonesia muncul dengang dongeng Si Ratu Kusut, suasana berubah lagi menjadi ramai dan penuh tawa. Gaya kak Yeni yang mampu mengubah suaranya dalam berbagai karakter memukau anak-anak.

Diantara anak-anak yang datang dari 5 desa di sekitar Danau Poso hari itu, terdapat belasan orang tua dan guru. Semuanya terhanyut dalam suasana seru yang dibangun dalam hari pertama Festival Dongeng Anak Poso. Festival dengan tema “Dongeng Damai dari Tana Poso” ini merupakan kerjasama antara Project Sophia Institut Mosintuwu dengan Ayo Dongeng Indonesia dan di dukung oleh Nutricia serta Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Poso.

Baca Juga :  Buku : Merajut Masa Depan Anak

Sebelumnya, guru dan para orang tua diajak untuk memahami dongeng sebagai sebuah alternatif komunikasi dengan anak-anak dan remaja. Kak Aio, pendiri Ayo Dongeng Indonesia, berbagi cerita mengapa dongeng penting bagi perkembangan karakter anak termasuk untuk mengembangkan imajinasi anak. Menurutnya mendongeng dapat memberikan dampak kebaikan bagi yang mendengarkan. Ngkai Tinus menekankan tradisi mendongeng di Tana Poso yang harus dihidupkan kembali sebagai kekayaan kebudayaan yang sarat nilai-nilai kemanusiaan. Tidak hanya mendongeng, anak-anak diajak untuk menunjukkan kreativitasnya melalui tarian modern.

Festival yang diadakan dalam rangka hari anak universal ini, tidak hanya diadakan di Tentena, tapi juga di Poso. Sejumlah 150 anak-anak mengikuti festival dongeng yang diadakan di alun-alun Sintuwu Maroso Poso. Thitin, seorang anak SD ikut berpartisipasi dalam dongeng yang dibawakan. Tanpa ragu mereka menjadi bagian dari cerita dongeng. Guru-guru dan orangtua diajak untuk mengembangkan cara mendongeng di sekolah, juga di rumah. Kak Aio berbagi cerita tentang seorang anak yang mengalami kelumpuhan sebagian saraf otaknya, tetapi sanggup menjalani kehidupan normal karena kebiasaan membaca setiap hari yang dilakukan orang tuanya.

Baca Juga :  Sanggar Anak Lintuyadi: Ber-teater dan Healing Trauma

Hari itu menjadi hari istimewa bagi banyak anak di Poso. “ Saya senang sekali mendengar dongeng. Saya mau minta papa dan mama saya untuk mendongeng atau baca cerita setiap hari” kata Silvia, 10 tahun yang hari itu datang bersama mamanya. “ Saya mau pinjam buku di Perpustakaan Sophia, nanti minta kakak yang baca” sambung Merry, seorang anak remaja dari Desa Soe.

Masa depan yang cerah dan penuh kreativitas bagi anak-anak di Poso bisa dimulai dari kebiasaan membaca dan mendongeng. “Mari mendongeng dan membaca berbagi kebaikan untuk kehidupan anak-anak” ajak Lian Gogali, pendiri Project Sophia menutup kegiatan Festival Dongeng Anak Poso.

1 KOMENTAR

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda