Agama tetap menjadi pusat kehidupan dan budaya kebanyakan orang. Oleh karena itu, penting bagi setiap agama yang berbeda untuk saling memahami cara beribadah dan identitas agama. Itu hanya mungkin melalui kebebasan beribadah secara merata di antara semua kelompok dengan dialog yang berkelanjutan antara para pemimpin agama lokal maupun masyarakat akar rumput.
Kalimat diatas menjadi bagian dari pidato yang disampaikan oleh Lian Gogali , pendiri Institut Mosintuwu dalam acara penerimaan penghargaan Four Freedom Awards, Freedom of Worship di Middleburg, Zeeland, Belanda pada tanggal 21 April 2022.
Selain menekankan pentingnya dialog yang berkelanjutan, Lian juga menekankan pentingnya keterlibatan perempuan dalam dialog dan pengambilan kebijakan pembangunan yang damai dan adil.
“Perempuan adalah resep rahasia dalam komunitas yang memperjuangkan perdamaian dan keadilan” kata Lian.
Dalam pidatonya, Lian menyebutkan bahwa kehadirannya merepresentasikan kehidupan banyak perempuan akar rumput yang selama ini tidak pernah dibicarakan dan selalu aktif berkolaborasi dalam mewujudkan kebebasan beribadah dalam konteks konflik dan paska konflik di Poso, Sulawesi Tengah dan di Indonesia pada umumnya. Lian meyakini bahwa keterlibatan perempuan menjadi sangat penting dalam mewujudkan demokrasi.
Karena itu, Lian menyatakan bahwa penghargaan Four Freedom Award, Freedom of Worship adalah untuk para perempuan akar rumput dan semua orang yang sudah bekerja tanpa henti untuk memastikan agar agama dan identitas apapun tidak dieksploitasi untuk kebencian , permusuhan dan kekerasan. Dalam video sebelum penerimaan penghargaan, Lian menyebutkan tantangan terbesar yang sedang dihadapi adalah bagaimana kepentingan ekonomi dan politik menggunakan agama dan identitas lainnya untuk kekerasan dan permusuhan.
Roosevelt Foundation, organisasi nirlaba yang memberikan penghargaan ini mencatat bahwa Lian Gogali menerima penghargaan atas komitmennya yang teguh dan berani terhadap dialog antaragama dan kebebasan beragama di daerah yang dilanda konflik di Poso, Sulawesi Tengah, Indonesia dengan melibatkan perempuan akar rumput dari berbagai agama. Kisah Lian Gogali dan Institut Mosintuwu, dalam catatan Roosevelt Foundation, menunjukkan bagaimana satu individu dapat membuat perbedaan dan secara positif mempengaruhi kehidupan banyak orang.
Penghargaan Four Freedom Awards mulai digelar sejak 1982. Penghargaan ini mengacu pada empat prinsip demokrasi yang disampaikan Presiden Amerika Serikan, Franklin D. Roosevelt pada 6 Januari 1941. Keempat prinsip demokrasi ini adalah freedom of speech and expression, freedom of worship, freedom from want, dan freedom of fear. Lian, menerima penghargaan Freedom of Worship.
Sejak 1982, sederet nama penting penerima penghargaan Four Freedom Award antara lain Karen Amstrong , Desmond Tutu, Nelson Mandela, Dalai Lama.
Jacobine Geel, presenter sekaligus aktivis asal Belanda menyerahkan medali penghargaan kepada Lian Gogali disaksikan Anna Eleanor Roosevelt, cucu Presiden FD Roosevelt, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, serta Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima. serta Putri Beatrix.
Saat hendak menyerahkan medali penghargaan, Jacobine menyampaikan “ Lian adalah contoh dari pengubah permainan. Saya sangat terkesan dengan upaya tanpa henti Anda untuk perdamaian yang berkelanjutan. Dalam pekerjaan Anda dan melalui kepribadian Anda, saya pikir Anda mewujudkan apa yang terbaik yang agama bisa ditawarkan yaitu semangat kebebasan, kemandirian dan keberanian untuk membela keyakinan Anda pada tingkat individu tetapi juga inspirasi yang dapat diberikan agama untuk diperjuangkan agama itu sendiri”
Selanjutnya Jacobine mengucapkan dua kata dalam bahasa Indonesia “ Ini merupakan suatu kehormatan “ dan meneruskan dalam bahasa Inggris “ mempersembahkan penghargaan khusus ini kepada Lian Gogali. Komitmennya untuk mencoba menyelesaikan konflik antar kelompok dengan latar belakang agama yang berbeda melalui perempuan benar-benar membuat saya terkesan.”
Selain Lian Gogali, penghargaan tahun ini juga diberikan kepada pengiat demokrasi Belarusia Sviatlana Tshikhanouskaya, aktivis HAM asal Kenya Nice Leng’ete, serta musisi Vietnam Mai Khôi Do Nguyen.
Pidato Lian Gogali selengkapnya , berikut ini :
Suatu kehormatan bagi saya dan komunitas akar rumput perempuan di Poso untuk menerima Penghargaan Kebebasan Beribadah ini.
Agama tetap menjadi pusat kehidupan dan budaya kebanyakan orang. Oleh karena itu, penting bagi setiap agama yang berbeda untuk saling memahami cara beribadah dan identitas agama. Itu hanya mungkin melalui kebebasan beribadah secara merata di antara semua kelompok dengan dialog yang berkelanjutan antara para pemimpin agama lokal maupun masyarakat akar rumput.
Dalam konteks ini, hal pertama yang penting untuk menghilangkan kecurigaan adalah saling bertanya dan berbicara tentang agama mereka secara bebas dan tanpa tekanan politik. Hal ini membangun pemahaman yang mendalam terhadap agama sendiri maupun agama orang lain sehingga dapat membangun sikap menghargai pilihan agama orang lain.
Kehadiran saya di sini mewakili banyak kehidupan tersembunyi para perempuan akar rumput di Poso yang telah melakukan ini dan berkolaborasi untuk mewujudkan kebebasan beribadah keluarga dan desa mereka dalam konteks konflik dan pasca konflik. Perempuan adalah resep rahasia dalam masyarakat. Sepanjang masa, perempuan selalu dan akan terus menjadi guru bagi generasi penerus. Keberhasilan umat manusia tergantung pada kebebasan kita.
Oleh karena itu, penghargaan Freedom of Worship adalah milik komunitas perempuan akar rumput dan setiap individu yang bekerja tanpa henti untuk memastikan bahwa agama dan etnisitas tidak dieksploitasi untuk kebencian , permusuhan dan kekerasan bersama. Individu adalah percikan, tetapi komunitas adalah api perubahan. Kita tidak pernah benar-benar hanya mewakili diri kita sendiri, kita selalu mewakili komunitas.
Dari rumah kita, pasar, rumah ibadah, tanah, dan di mana-mana di antaranya, perempuan membawa perubahan, perempuan membawa kedamaian, perempuanmembawa kemakmuran. Masing-masing dari para perempuan ini telah mengubah orang asing menjadi teman, telah mengubah teman menjadi komunitas, sehingga komunitas dapat bekerja sama untuk mewujudkan kondisi yang diperlukan bagi perdamaian dan kebebasan untuk tercapai.
Terima kasih kepada semua orang yang telah berkontribusi pada kebebasan beribadah, dan kepada mereka di masa depan yang akan terus berlanjut setelah kita semua pergi.
Terima kasih banyak atas Freedom of Worship Awards ini
Pakaroso