Bapasiar, Tradisi Natal Tahun Baru di Poso

0
2293
Mesjid di Poso, foto oleh Wahid Mewanta

“Selamat Natal!” Seruan ini akan sering terdengar di depan pintu rumah di tanggal 25 Desember dan hari-hari setelahnya. Seruan ini menjadi semacam kata kunci di banyak rumah di desa-desa Kabupaten Poso dan Morowali. Bapasiar, kata ini melekat di aktivitas warga desa untuk saling berkunjung dari rumah ke rumah, bahkan dari desa ke desa.

Anak-anak, anak muda, remaja , orang tua hingga lansia menjadi bagian dari tradisi besar di hari natal ini. Bapasiar, menjadi aktivitas utama setelah ibadah di gereja. Berkunjung ke rumah-rumah, berjabatan tangan dan bercengkrama sudah dilakukan turun temurun di tana Poso hingga saat ini. Hiruk pikuk nasional tentang larangan mengucapkan selamat natal tidak mempengaruhi warga desa di Kabupaten Poso, Morowali dan Tojo Una-una.

Epin, salah satu warga Pamona, adalah salah satu anak muda yang memanfaatkan suasana natal untuk berkunjung ke rumah teman-teman dan saudaranya “ Wajib hukumnya ke rumah-rumah tetangga dan teman-teman untuk ucapkan selamat natal” Bukan hanya Epin, Ima seorang warga muslim dari kota Poso tidak ketinggalan melakukan kunjungan ke rumah keluarganya yang Kristen di wilayah Poso Pesisir. “Setahun sekali kita diberikan kesempatan untuk silahturahmi memperkuat ikatan kekeluargaan” demikian alasannya.

Baca Juga :  P3K Perlindungan Perempuan dan Anak Poso

Di desa-desa Kabupaten Poso, masih menjaga tradisi pasiar yang unik bagi anak-anak. Tercatat hingga saat ini  Desa Bancea, Bo’e, Peura, Dulumai dan Wea masih mengikuti tradisi lama pasiar, yaitu pulang membawa beragam macam kue dan permen dalam kantong plastik. Anak-anak yang berkunjung ke rumah-rumah dibagikan kue-kue dan permen untuk dibawa pulang. Tradisi ini di beberapa desa mulai berganti dengan uang.

Tradisi pasiar bisa menjadi simbol sifat keterbukaan dan kehangatan warga desa terhadap yang lain. Moment keagamaan menjadi pintu masuk yang dimanfaatkan untuk menjaga silahturahmi antar warga yang terdiri dari beragam agama dan suku.

“Inti dari pasiar adalah silahturahmi, memperkuat kekeluargaan dengan cara memberikan informasi, melihat perkembangan terbaru dan mendiskusikannya. “ kata Susan, warga Desa Tendea. “ Sekaligus refleksi kebersamaan dalam keluarga”


Pulang Kampung

Pulang kampung merupakan salah satu tradisi yang dilaksanakan banyak orang dari tahun ke tahun pada saat hari raya. Tidak terkecuali saat perayaan Natal . Kesempatan untuk pulang kampung di hari raya Natal dirasakan sebagian besar orang lebih efektif. “Saya pilih pulang kampung pada saat natal daripada liburan panjang karena momentnya lebih khusus, yaitu natal, perayaan kelahiran Yesus” Alse, 20 tahun, mahasiswa asal Tentena yang kuliah di Jogja menjelaskan. “ Selain itu, perayaan Natal bisa langsung disambut dengan Tahun Baru, jadi ada dua perayaan sekaligus . Ini moment yang menarik bersama dengan keluarga” sambungnya.

Baca Juga :  Kartini dan Kisah Perempuan Memimpin Desa di Poso

Peristiwa pulang kampung oleh para perantau yang bekerja di luar Poso atau para mahasiswa yang memilih kuliah di luar Kabupaten Poso ini bukan sekedar berkumpul bersama keluarga. Beberapa mahasiswa yang ditemui menjelaskan kesempatan pulang kampung dimanfaatkan juga untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang tanah kelahiran mereka. Baik tentang teman lama, maupun perkembangan terbaru di desa.

“Desa kami lebih ramai di akhir tahun khususnya hari raya Natal. Mahasiswa banyak yang pulang kampung. Kami berharap mereka pulang kampung sekaligus bisa memberikan harapan baru di desa” Ujar Kepala Desa Dulumai. “Asal jangan pulang kampung dan bersikap ke kota-kotaan , lupa dengan tradisi di kampung”

Pulang kampung di hari raya bagi sebagian orang menjadi tradisi tahunan. Dalam siarannya di Radio Mosintuwu, Lian Gogali, direktur Institut Mosintuwu membahas fenomena pulang kampung dengan menitipkan pesan “ Pulang kampung jadi tradisi tahunan untuk berhari raya. Mosintuwu sendiri punya harapan agar tradisi diperluas makna dan pelaksanaannya, yaitu pulang kampung setelah selesai kuliah untuk membangun di tanah Poso, atau pulang kampung setelah sukses untuk bersama-sama membangun di Poso”

Baca Juga :  3 Anak Saya Diperkosa, Saya Lapor ke Polisi. Polisi Menghentikan Penyelidikan

Harapan agar pulang kampung menjadi tradisi untuk pulang bekerja di kampung ini menjadi bagian dari membangun kepercayaan desa yang memiliki potensi luar biasa untuk dikembangkan menjadi wilayah yang dapat mewujudkan kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda