Musik, Cara Anak Muda Poso Rawat Budaya

0
2615

Tentena – Musik bagi anak muda Poso lebih dari sekadar bahasa universal tapi juga salah satu cara menceritakan budaya dan keindahan alam. Inilah yang dilakukan tiga band asal Poso yang menceritakan kisah Poso melalui lagu di album kompilasi bertajuk Ingatan Tentang Alam.

Mereka adalah Sintuwu Akustik, Watumpoga’a band dan STT Ue Puro band. Ketiganya memainkan lagu-lagu daerah yang bercerita tentang kekayaan alam Poso.

“Lagu-lagu dalam album ini merupakan hasil aransemen ulang para musisi muda Poso,” kata Koordinator ‘Program Pemuda’ Institut Mosintuwu Yenny Tarau di Dodoha Mosintuwu, Kamis (15/2/2018).

Watumpoga’a Band

Ketiga band yang melagukan kembali lagu daerah dalam musik seperti merawat cerita tentang Poso. Mereka adalah Sintuwu Akustik yang digawangi Edgar (gitar) Leon Patambo (Rythim), Jovan (Perkusi), Josua (bass) dan Bella Lumentut (vokal). Band lainnya, Watumpoga’a, menyanyikan lagu Matia Ndano dan Yondo Pamona. Watumpoga’a beranggotakan Melsi (vokal), Ronald (bass) On (Lead Guitar) Ricardo (Rhytim) dan Ronald (Drum).Kemudian, band ketiga di album Tana Poso adalah STT Ue Puro. Mereka adalah Melvin (guitar) Jhony (guitar), Hilfrans (bass), Ferdi (cajon) dan Puput (vokal).

Baca Juga :  Semangat Belajar di Sekolah Perempuan, Rela Jalan Kaki 5 KM dan Numpang Truka 5km walk and a truck journey in the Women School

Bermusik bagi mereka juga sarana menghindarkan pengaruh buruk yang menyerang anak muda, seperti narkoba dan tren balapan liar. “Melalui memainkan musik bersama di band kami bukan hanya bisa punya aktivitas tapi juga bisa mengekspresikan dan memperkenalkan lagu berbahasa Poso, dan bahwa kami anak muda Poso bisa melakukan” ujar Ferdy, pemain Kajon dari STT Ue Puro Band.

STT Ue Puro Akustik

Yustinus Hokey, budayawan Tana Poso yang mendapatkan gelar maestro budaya dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 2017 menyatakan ” ketiga band ini menjadi representasi karya anak-anak muda Poso yang nantinya bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya. Ini bisa buktikan kita bisa terus bertahan dalam kebudayaan kita” Selanjutnya, Ngkai Tinus menyebutkan langkah Institut Mosintuwu menfasilitasi musik daerah bersama anak-anak muda adalah sebuah diplomasi budaya yang dapat mendorong anak-anak muda terus mengenal musik etnik Poso.

Di dalam album kompilasi ketiga band tersebut mengaransemen ulang lagu-lagu Poso lawas karangan maestro dan budayawan Poso seperti, Justinus Hokey, Simeon Nggasi, Abdi Koeswandi, Erenst Reppie dan Pdt. Ritben Sipatu. Lagu yang mereka gubah antara lain, Inanco, Waya Masapi, Matiandano, Yondo Pamona dan Lipu Mpeari serta I sua Tempo. Lagu terakhir adalah lagu berbahasa Mori.

Baca Juga :  Toponimi, Mengenal Sejarah Peristiwa Besar dan Potensi Bencana

Album kompilasi terwujud ketika Sintuwu Akustik, STT Ue Puro dan Watumpogaa Band, pada 2017 mengikuti Festival Hasil Bumi yang diselenggarakan oleh Institut Mosintuwu Sebagai hasilnya, ketiga band diproduseri oleh Institut Mosintuwu melakukan rekaman secara profesional di studio Pataba di kota Palu. Album kompilasi ini diluncurkan bersamaan dengan hari Valentine tanggal 14 Februari 2018 di Dodoha Mosintuwu, Tentena

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda