Lebaran Damai nan Indah di Poso

0
2407
Mesjid di Tentena. Paska konflik kekerasan di wilayah Kabupaten Poso, mesjid ini sudah aktif melantunkan azan sejak tahun 2006. Foto : Mosintuwu/Eko

Perayaan Idul Fitri di Kabupaten Poso, hari pertama membawa pengalaman yang menyentuh hati. Perayaan semua komunitas. Hal ini tergambar di dua wilayah besar di Kabupaten Poso, yakni Poso dan Tentena.

Di Tentena, gema takbir membahana di mesjid besar di wilayah ini. Disusul sholat ied pada pagi hari yang diikuti ratusan warga muslim. Sholat Ied bersama ini diikuti dengan ucapan hangat saling memaafkan, bukan cuma mereka yang beragama Islam tapi juga warga Kristen turut memberikan ucapan bahagia pada hari raya ini. Beberapa warga yang beragama Kristen pro aktif mendatangi keluarga yang beragama Islam untuk bersilahturahmi. Seluruh anggota sekolah perempuan Pamona yang semuanya beragama Kristen bersama-sama membuat kartu ucapan Idul Fitri yang diberikan kepada warga muslim yang berdiam di Tentena.

Mama Ika dengan semangat menjelaskan keterlibatannya“nilai-nilai yang diajarkan dalam hari raya ini, misalnya saling memaafkan itu harus dilakukan oleh semua orang, apapun agamanya. Setelah saling memaafkan kita dapat menjalin hubungan baik untuk keharmonisan. Lepas sudah masa penderitaan, dendam, rasa curiga yang dulu ada karena konflik. Maafkan, karena kita semua korban, semuanya menderita. Nah, sekarang kita mau hidup damai. Tapi, kita hanya bisa menata kehidupan yang damai di Tana Poso bila kita kerjakan bersama-sama. Semua agama, semua orang, semua komunitas. Itu sebabnya, kita juga ikut merayakan hari saling memaafkan toh? Setelah itu kita bisa damai..tenang, nyaman semuanya”

Baca Juga :  Mengagendakan Kegelisahan di Peretas Berkumpul

Seorang pemuda, mahasiswa Universitas Kristen Tentena, berkomentar: “ tidak ada lagi wilayah sana, wilayah sini. Ini wilayah kita semua, kita tinggal bersama, kita saling menghidupi. Tentena, bukan wilayah orang Kristen. Poso juga bukan wilayah orang Muslim. Ini wilayah kita semua. Hari pertama lebaran, saya ke Poso kunjungi teman-teman, saudara-saudara saya disana. Makan, cerita-cerita, akrab, seperti dulu saja, bedanya sekarang lebih sedikit orang”

Sementara itu di Poso, Sholat Ied dilaksanakan di mesjid-mesjid besar di Poso terutama di lapangan Sintuwu Maroso yang terletak di depan kantor Bupati Poso dan Kantor DPRD Poso. Jam-jam setelah Sholat Ied, Kota Poso dihangati persaudaraan. Ditepis, hilang sudah seluruh kecemasan yang mengikuti masyarakat Poso berkenaan dengan teror yang sebelumnya terjadi. Warga saling menebar kehangatan, saling mengunjungi. Pintu-pintu rumah terbuka, menyambut kunjungan sanak saudara. Tidak hanya Muslim, warga Kristen dan Hindu juga memeriahkan hari raya pertama ini dengan mengunjungi saudara, tetangga, para sahabat, rekan kerja mereka yang beragama Islam. Semua bersuka ria. Dibalik semua kemeriahan tersebut, terselip dengan pasti kehangatan, terjalin kembali kekerabatan. Damai.

Baca Juga :  Dongeng Damai Anak - Anak Poso

Keluarga besar Oding di Sayo mengungkapkan :“sudah pasti ini hari raya yang ditunggu. Hanya di hari raya ini kami sekeluarga besar berkumpul. Bukan hanya Islam, tapi juga keluarga kami yang Kristen. Kalau sudah berkumpul, tidak hanya makan bersama, anak-anak kami yang sudah besar bisa jalan sama-sama entah kemana, atau tidur sama-sama bernostalgia atau sekedar cerita. Keluarga kami yang Kristen biasanya akan datang dari Kawua, dari Morowali, dari Tentena, dari mana-mana kumpul disini semuanya. Hanya hari raya ini kami bisa berkumpul, saling memaafkan dan menjalin tali silahturahmi”

Udin Odjobolo, pegiat kemanusiaan di Poso dan juga anggota DPDR mengungkapkan rasa syukurnya pada jalinan harmonis yang sudah terjadi diantara masyarakat Poso “Terimakasih saudara-saudaraku, mudah-mudahan silahturahmi ini terus terpelihara hingga damai terus tumbuh mekar dan bersemi di persada tercinta Sintuwu Maroso. Hanya silahturahmi yang terus terjali bisa membantu kita untuk keluar dari situasi sulit, serangan dan belenggu neoliberalisasi”

Ya. Hari raya idulfitri di Kabupaten Poso, memantapkan jalinan persaudaraan, merekatkan kekerabatan semua umat manusia. Belajar dari kesalahan masa lalu, belajar dari pengalaman pahit konflik, menatap yakin akan perdamaian, dan kemudian bisa berjuang bersama untuk hak-hak rakyat.

Baca Juga :  Merajut Damai di Gempa Poso

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda