Karnaval Hasil Bumi Wujud Syukur pada Alam dan Sang Pencipta

0
579
Karnaval hasil bumi di Festival Mosintuwu 2022 yang menggaungkan tema : mengingat, menjaga, merayakan kebudayaan Poso - Tanah, Air, Hutan . Foto : Dok.Mosintuwu/Ray Rarea

Festival Mosintuwu 2022, menggelar Karnaval Hasil Bumi yang dimulai di Taman Kota Tentena, Rabu 9 November 2022 lalu. Saya bersama teman-teman dari Desa Tiu, Kecamatan Pamona Timur ikut dalam iring-iringan karnaval yang diikuti kurang lebih 200-an orang. Festival ini diikuti anak-anak muda, perempuan, tokoh adat. Karnval ini adalah untuk merayakan, anugerah dari alam dan sang pencipta. 

Di Taman Kota, kami menyanyikan lagu, Desaku Yang Kucinta dan Tanah, Air, Hutan dengan penuh semangat. Alat musik tradisional Poso, Reree dan Padengko ditabuh dengan suara bertalu mengiringi perjalanan kami dari Taman Kota menuju tempat tempat festival di Jalan Yosi, Tentena – Poso.   

Sinari matahari yang panas tak membuat kami mengendurkan semangat sedikitpun. Peluh mengguyur tubuh tapi semangat tak pernah surut. Tak hanya saya, peserta dari 20 desa tetap semangat merayakan hasil bumi yang diberikan oleh alam. 

Padengko dan Reree, tetabuhan dari bambu, gong dan rebana bergantian mengiringi perjalanan karnaval menuju tempat festival di Yosi, kelurahan Pamona. Hasil bumi yang dibawa pada karnaval antara lain, padi, sayuran, biji-bijian, buah dan aneka rempah yang ditanam di kebun mapun di halaman rumah. 

Baca Juga :  John dan Metafora Bumi

Pemandangan yang tak kalah menarik adalah pakaian adat yang digunakan sebagian peserta karnaval menggambarkan keberagaman suku dan agama menyatu dalam parade karnaval, mengingat, menjaga merayakan Tanah Air dan Hutan.     

Keseruan dalam perjalanan membuat saya tidak sadar, akhirnya tiba di lokasi di lokasi festival. Di sini, kami berbagi hasil bumi. Saya sendiri mendapat Durian Montong dari kawan petani dari desa Pinedapa kecamatan Poso Pesisir. Sebaliknya teman-teman saya dari Desa Tiu memberikan hasil kebun kepada teman-teman petani dari Desa Pinedapa. 

Keseruan di lokasi festival terus berlangsung. Siangnya, kami menikmati atraksi memasak yang diwakili oleh empat suku, yakni suku Bada, Mori dan Pamona serta Napu. Perbedaan suku dan agama, saya rasakan melebur dalam suasana kekeluargaan. 

Kami bertukar cerita tentang pengalaman bertani di desa masing-masing. Festival Mosintuwu memberi saya pengalaman yang berharga, tentang alam, tentang kehidupan dan tentang sesama. *

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda