Sekitar Kita Belum Percaya Covid Berbahaya

0
773
Tenaga kesehatan melakukan tracing pada warga di wilayah Tentena. Foto : Dok.Mosintuwu/Ray

“Saya satu keluarga sakit, tiga hari hilang penciuman, tidak bisa merasa makanan. Saya hanya gosok fresh care d ihidung. Anak-anak juga saya gosokkan dibawah hidung. Untung tiga hari kemudian bisa mencium ulang”

Demikian cerita seorang kawan soal pengalamannya dengan Covid-19. Jika jumlah tes ditambah, mungkin secara acak. Akan banyak ditemukan kasus positif covid19 di sekitar kita. Cerita seorang kawan di atas adalah contoh kemungkinan ada warga yang memiliki gejala tapi tidak memeriksakan diri. Alasan mengapa tidak mau memeriksakan diri itulah yang menjadi pekerjaan penting.

Apa sebab kawan saya tidak mau memeriksakan diri dan keluarganya? alasan pertama disampaikannya takut ‘di-covid-kan’. Istilah ini adalah tudingan yang masih kuat ditengah sebagian warga. Banyaknya informasi tidak akurat yang diterimanya bahwa Covid19 hanyalah bisnis kesehatan rupanya cukup dipercayai kawan saya ini.

Dia seperti yang dikatakan Tom Nichols (the death of expertise – matinya sang pakar ) adalah orang yang hanya percaya pada pengalaman pribadinya sebagai satu-satunya fakta yang bisa dipercaya. Dia tidak percaya pandangan lain, misalnya bahwa covid19 bisa jadi akan kembali menyerangnya dengan varian yang lebih ganas.

Baca Juga :  VCO Desa Kilo : Selaraskan Alam dan Perdamaian Poso

Kawan saya lanjut menceritakan tetangganya yang satu keluarga harus di isolasi setelah hasil tes swab antigen menyatakan positif covid19. Dia tidak ingin dinyatakan covid19 karena itu berarti tidak bisa bekerja selama paling tidak 2 pekan. 

Kembali ke cerita saat sekeluarga itu kehilangan penciuman dan perasa. Selain mengandalkan minyak wangi beraroma pedas berbahan menthol dan champor itu, dia meminum ramuan daunan yang dicampur madu. Daun yang biasanya dipakai secara tradisional mengobati orang demam, dipercayainya mengatasi segala penyakit termasuk Corona. Dan, abrakadabra, dua hari kemudian, sekeluarga bisa mencium kembali. Keyakinannya, Covid19 itu biasa-biasa saja makin kuat. Buktinya hanya dengan ramuan sederhana plus menghirup minyak aromaterapi pedas, virus itu sirna. keyakinan seperti ini juga dikatakan beberapa kawan yang juga sangsi. Apalagi tanpa masker selama 2 tahun, dia masih merasa sehat.

Kedua kawan ini mungkin memang masih sehat karena belum tertular. Jika di swab, kawan saya yang sekeluarga itu juga mungkin hanya terkena flu biasa. Tapi keyakinan mereka bahwa Covid19 tidak berbahaya karena bisa dilawan hanya dengan aromaterapi dan ramuan tradisional,  sangat berbahaya. Orang-orang di sekitarnya akan semakin abai menjaga protokol kesehatan. Toh, kalau kena covid juga obatnya gampang. Cukup hirup aromaterapi pedas dan minum ramuan tradisional.

Baca Juga :  Berteologi Kontekstual Pembebasan dalam Kemiskinan

Alasan tidak ingin dinyatakan covid19 sebenarnya lahir dari ketidakpercayaan terhadap informasi yang disampaikan negara terkait penyakit ini. Apalagi, keluarga ini dan banyak yang lainnya mengikuti informasi-informasi via media sosial yang umumnya menganggap covid19 adalah rekayasa. Penyebab yang lainnya, pandemi ini mengancam keberlangsungan ekonominya apabila dia positif covid19.  Jika harus isolasi, darimana sumber asap dapurnya? kawan saya ini adalah petani dan nelayan. Sehari tidak bekerja mungkin tidak masalah, tapi kalau sudah 3 hari, itu jadi persoalan.

Kebijakan PPKM level 4 yang diterapkan pemerintah tidak menjamin hidup orang yang menjalani isolasi mandiri. Kita hanya akan didatangi petugas kesehatan, diperiksa dan diberikan obat-obatan. Tapi tidak ada inspeksi apakah ada persediaan beras dan bahan makanan lain dirumah selama isolasi.

Di kota Palu ada gerakan Roa jaga Roa, sebuah inisiatif warga untuk membantu bahan makanan mereka yang menjalani isolasi mandiri. Di Poso, gerakan Masak untuk Kawan dan Gerakan Saling Jaga untuk membantu bahan makanan yang jumlahnya paling tidak cukup untuk kebutuhan sepekan.

Baca Juga :  Membincang Ulang Makna Kemakmuran Desa di Kelas Sekolah Pembaharu Desa

“Saya tidak bisa mencium. Langsung saya ambil lemon, campur madu dengan jahe kasi air panas, saya minum itu tiga hari. Penciuman kembali” kisah seorang kerabat. Itu dialaminya ketika varian Delta belum terdeteksi di Sulawesi Tengah. Jika saja dia melakukan Swab, kemungkinan hasilnya positif.

Kisah seperti kawan dan kerabat ini menunjukkan jumlah sebenarnya kasus positif covid19 jauh lebih tinggi dibanding data yang dikeluarkan pemerintah.

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda