Tinggal di wilayah hutan dan bukit untuk berkebun dan berladang, leluhur Poso menciptakan cara masak dan kuliner yang khas dari bahan-bahan alami. Belum ada periuk, apalagi belanga sebagai wadah memasak. Bambu, menjadi pilihan utama wadah memasak yang kemudian diwariskan turun temurun pada generasi Poso hingga saat ini. Cara memasak di bambu ini kemudian dikenal dengan nama ituwu. Ituwu berasal dari bahasa Pamona, salah satu suku Poso yang artinya masak di bambu. Jenis bambu yang digunakan adalah bambu talang.
Setiap makanan yang dimasak di bambu disebut ituwu. Ada ituwu sayur , ituwu daging. Cara memasak ituwu ini sangat mudah. Bahan makanan yang telah dibersihkan, dicampur dengan berbagai rempah, lalu dimasukkan ke dalam bambu, untuk kemudian dibakar. Untuk membakar ituwu, menggunakan tiang dan kayu yang dibuat melintang sebagai tempat bambu bersandar. Tiang dan kayu ini disebut “Yanga”.
Memasak Ituwu membutuhkan ketrampilan khusus dalam mengelola api. Api harus dijaga sedemikian agar tidak berlebihan supaya bambu tidak sampai terbakar, sambil tetap memastikan bahan masakan di dalam bambu tetap matang. Membakar dengan menggunakan sabut kelapa dianggap terbaik karena api yang dihasilkan lebih rata.
Rasa masakan ketika memasak ituwu dianggap lebih gurih dan sedap dibandingkan memasak menggunakan wadah belanga seperti saat ini. Beberapa orangtua berpendapat, memasak ituwu lebih sehat dan enak .
“ane pangkoni anu ndaituwu, mawongi pai maboko, pai lese wo’u ri koro, maka bendapoapu pai lana “ yang artinya makanan yang dimasak di bambu lebih harum, enak dan gurih, juga lebih sehat, karena tanpa minyak goreng” Demikian cerita Ngkai Bandola, salah satu orang tua Poso.
Rasa enak yang dihasilkan dari ituwu bukan hanya karena cara memasaknya di bambu tapi juga penggunaan rempah. Saat memasak ituwu, terdapat dua rempah utama yang digunakan yaitu daun Arogo dan daun Onco ( jenis daun kedondong hutan ). Kedua macam daun ini merupakan rempah khas orang Poso, yang memberi rasa gurih dan asam yang seimbang serta memberi afek melembutkan bahan utama makanan misalnya daging.
Bumbu lain yang ditambahkan sebagai pelengkap dalam memasak ituwu adalah bawang merah ( dalam bahasa Pamona disebut Pia Mawaa), sereh ( dalam bahasa Pamona disebut Tiwombane), jahe ( sering disebut juga Goraka), dan cabai rawit utuh ( dalam bahasa Pamona disebut lada masiwu keogu) dan garam.
Tradisi memasak ituwu saat ini masih tetap dipertahankan warga Poso . Memasak ituwu sering dilakukan untuk acara-acara khusus misalnya hari raya panen, atau pesta pernikahan .