Radio Mosintuwu : Radio Darurat Siaga Covid-19

0
2806
Lani, salah satu penyiar di Radio Mosintuwu , radio komunitas dengan status radio darurat siaga Covid-19. Foto : Dok.Mosintuwu/Ray
Lani, salah satu penyiar di Radio Mosintuwu , radio komunitas dengan status radio darurat siaga Covid-19. Foto : Dok.Mosintuwu/Ray

“ Jadi biar torang so nonton di tv atau baca di facebook, kalau te ada torang dengar di radio berarti te betul, harus ada torang dengar diberitakan dulu di radio baru torang yakin beritanya betul “ ( jadi, biarpun kita sudah menonton di TV dan baca di facebook, tapi kalau kita tidak ada dengar di radio berarti tidak benar beritanya. Harus ada kami dengar diberitakan dulu di radio baru kemudian kami yakin beritanya benar”)

Saya masih ingat dengan jelas obrolan saya di pagi hari itu bersama salah seorang ibu penjual sayur di pasar tradisional Siwagilemba, Tentena. Saat itu saya menemani ibu saya belanja kebutuhan rumah mendekati hari natal tahun 2019. Radio yang dimaksud ibu penjual sayur  adalah Radio Mosintuwu ,tempat saya belajar dan bersenang – senang selama 4 tahun terakhir ini. Obrolan ini saya ingat kembali di masa pandemi ini. 

Sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus positif pertama terkait Virus Corona jenis baru atau yang kerap disebut Covid- 19 pada Maret 2020, arus informasi simpang siur mengenai virus ini. Banyak bermunculan informasi yang sangat keliru dan membingungkan di berbagai platform sosial media maupun aplikasi komunikasi lainnya . Informasi ini bahkan menyebabkan kekacauan diantara masyarakat. 

Informasi ini sangat mudah diakses dan bebas dibagikan. Informasinya aneh dan tidak masuk akal, tapi karena sering dibagikan, banyak yang percaya dapat menangkal virus. Mulai dari berjemur di bawah sinar matahari setiap pagi, mengkonsumsi bawang putih secara rutin, penularan virus melalui nyamuk, sampai yang paling bikin heboh adalah informasi mengenai makan telur ayam sebelum jam 6 pagi dapat mencegah dan menyembuhkan Covid – 19. Saya merasa konyol disaat bersamaan marah ketika melihat informasi yang sangat keliru dan tidak bertanggung jawab ini dibagikan. Tapi, disitu pula saya merasa pentingnya peranan media alternatif, yang dapat dipercaya.  

Radio, Sumber Informasi dan Media Pendidikan Komunitas

Banjir informasi tidak disertai dengan sumber informasi yang mudah diakses dan bisa dipercaya masyarakat. Karena itu, saya mengingat kembali pernyataan dari seorang mama di pasar tentang sumber informasi mereka. Bagi banyak masyarakat, khususnya di wilayah Tentena dan sekitarnya, Radio Mosintuwu mengambil peran yang sangat penting bukan hanya sumber informasi, tapi juga melakukan konfirmasi atas sebuah berita. 

Baca Juga :  Petani Poso, Terjepit Diantara Corona dan Kelompok Bersenjata

“Lani, untung torang dengar radio, makanya torang tau masker kain itu ternyata perlu dicuci juga” 

Banyak yang baru mengetahui hal-hal penting teknis pencegahan penularan covid-19 setelah mendengar radio Mosintuwu. 

“ternyata ba jemur itu bukan kase sembuh corona tapi bisa bikin bagus imun badan supaya te gampang sakit”

Mendengarkan komentar dan obrolan di pasar dan warung seperti ini membuat saya lega dan bahagia . Radio menjadi media pendidikan kritis buat masyarakat. Radio yang sebelumnya bersiar di jalur streaming, kemudian mengudara di frekuensi 107.7 FM Maklum, kalau streaming, mama-mama di pasar dan orang tua di kebun tidak bisa akses beritanya. Bekerjasama dengan jaringan radio komunitas Indonesia ( JRKI ), radio Mosintuwu mengudara dengan status radio darurat siaga Covid-19.

Radio Mosintuwu di frekuensi 107.7 FM didengarkan oleh warga di Pasar tradisional Tentena setiap hari sebagai sumber informasi yang mereka percaya. Foto : Dok. Mosintuwu/Ray
Radio Mosintuwu di frekuensi 107.7 FM didengarkan oleh warga di Pasar tradisional Tentena setiap hari sebagai sumber informasi yang mereka percaya. Foto : Dok. Mosintuwu/Ray

Sejak mengudara, kami bergegas mengerjakan program siar khusus di radio yang cepat tanggap untuk meminimalisir penyebaran informasi hoax dan juga mengkalirifikasi informasi salah yang terlanjur beredar. Ada program Bambari Lipu yang menyajikan berita tentang Covid-19 di kabupaten Poso langsung dari para dokter, dan juga reportase dari Relawan Saling Jaga di desa-desa; program Info KITA tentang informasi Nasional dan Internasional mengenai perkembangan Covid – 19 juga tentang kebijakan pemerintah dalam menangani Covid-19 juga program Info Terkini Covid – 19 yang membagikan berita update mengenai informasi ODP/OTG/PDP/kasus positif di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah dan Indonesia.

“Odee…( aduh ), torang dengar di radio so ada yang positif di rumah sakit Poso so harus tambah hati-hati torang ini” 

Komentar ini muncul setelah beberapa orang mendengarkan siaran Radio Mosintuwu saat mewawancarai dokter di RSUD Poso. Di pasar, para penjual berkumpul atau mengeraskan volume radio untuk mendengarkan informasi . Mereka kemudian menyampaikan informasi yang didengar di radio kepada seisi rumah atau tetangga mereka.  Soal volume radio ini juga terjadi di rumah dan tetangga saya. Saya sendiri kadang terbangun oleh siaran pagi ketika ibu saya bangun dan mulai menghidupkan radio yang disambungkannya ke speaker dengan volume tinggi, meyakinkan hampir satu kompleks rumah saya bisa ikut mendengarkan radio. Nenek Ati, tetangga di samping kanan rumah saya , biasanya akan selalu memastikan bahwa volume radio di rumah cukup kuat untuk ikut didengarkan tetangga. Jika tidak, dia akan datang ke rumah dan berseru :

Baca Juga :  Tidak Ada Teladan dan Ketidakpedulian : Kasus Covid-19 Poso Meningkat

”Kase besar depe suara mama Lani supaya kami di rumah bisa dengar berita juga”, 

Saya banyak mendapatkan cerita tentang bagaimana masyarakat menunggu untuk mendengarkan informasi mengenai Covid-19 di radio demi mendapatkan infromasi yang benar . Informasi di radio menjadi panduan warga untuk menetapkan pola hidup mereka di masa pandemi Covid-19.

Selain dalam format berita, setiap jam-nya, sejak pukul 06.00 sampai pukul 18.00 , untuk melengkapi informasi bagi warga, tim produksi radio bekerja keras memproduksi pesan layanan masyarakat yang merupakan kerjasama radio dengan Kominfo, Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Anak, serta pesan layanan yang diambil dari referensi informasi dari WHO dan BNPB.

Pak Hajaj salah seorang pendengar radio di Desa Sawidago mengatakan selalu membawa radio setiap kali pergi ke kebun agar tidak ketinggalan informasi 

“Dibawa sampai pergi ke kebun. Radio digantung di pohon coklat supaya dapat sinyal siaran radio” ujar pak Hajaj dalam satu kesempatan saat ngobrol bersama saya.

Kebutuhan atas berita yang disiarkan Radio Mosintuwu menjadi salah satu kebutuhan mendasar warga. Dalam sebuah kesempatan berbincang komunitas Aliansi Penjaga Danau Poso , anggota APDP yang pada umumnya orang tua dan tokoh di masyarakat ini berbagi cerita tentang bagaimana mereka mengikat radio di leher atau di punggung dan membawanya ke kebun atau ke sawah.  Salah satu celutukan yang lucu dan membuat saya terharu adalah cerita dari pak Bontinge :

“Morana na kalingani kina’a daripada be’e nda keni radio adoh bahaya buta berita tau” yang artinya “Lebih baik dilupa bawa nasi daripada lupa radio, bahaya ketinggalan berita” celutukan ini disambut dengan tertawa terbahak-bahak oleh bapak-bapak yang lain termasuk saya yang terharu.

Baca Juga :  Ekspedisi Poso : Menyusuri Keanekaragaman Budaya, Alam dan Potensi Bencana di Poso
Petani membawa radio manual di kebun dan sawah untuk bisa mendengarkan siaran radio Mosintuwu yang bisa diakses di frekuensi 107.7 FM. Paska pandemi Covid-19 Radio Mosintuwu menjadi radio darurat siaga Covid-19. Foto : Dok.Mosintuwu/Ray
Petani membawa radio manual di kebun dan sawah untuk bisa mendengarkan siaran radio Mosintuwu yang bisa diakses di frekuensi 107.7 FM. Paska pandemi Covid-19 Radio Mosintuwu menjadi radio darurat siaga Covid-19. Foto : Dok.Mosintuwu/Ray

Pasar On Air di Radio

Selain sebagai media informasi, program radio lainnya juga disusun untuk membantu para pendengar tetap produktif dimasa pandemik ini. Pasalnya, sejak anjuran tinggal di rumah dan jaga jarak diberlakukan , salah satu yang terkena dampak adalah warung dan pasar.  

Radio Mosintuwu merancang program Pasar On Air. Sesuai dengan namanya adalah tempat berjualan melalui radio dimana peran radio sebagai wadah informasi usaha bagi sahabat-sahabat yang tidak bisa jualan di pasar atau tempat umum lainnya karena wabah Covid-19 sehingga mereka bisa tetap jualan tetapi lewat radio . 

Seorang penjual kue saat saya menawarkan untuk gabung di Pasar On Air radio, antusias menyambutnya :

“Hamaa pe bagus joo kalau begitu, sekalian bantu promosi kan dek, membantu sekali disaat torang te bisa jualan diluar begini”  – Aduh, bagus sekali kalau begitu, sekaligus bantu mempromosikan ya dek, ini membantu sekali di saat kami tidak bisa berjualan di luar seperti sekarang”

Sebaliknya mereka yang ingin membeli bahan pangan dan makanan tidak perlu berputar-putar seluruh Kota Tentena untuk mencari bahan, cukup menghubungi telepon penjual untuk bertransaksi. Sebagian penjual bahkan menyediakan pesan antar. Pasar On Air menjadi alternatif informasi karena di Tentena belum ada pesan layanan antar, dan sebagian besar warga masih saling mengenal satu sama lain. Hingga saat ini Pasar On Air mendaftarkan 30 lokasi jualan warga .

Mendorong produktivitas warga di masa pandemi melalui radio terasa punya makna lebih karena tidak ada yang tidak kesulitan di masa pandemi terutama warga miskin. Ide Pasar On Air menjadi salah satu cara menjaga semangat menjaga kehidupan. Radio , menjadi ruang semangat itu. 


Radio Mosintuwu diakses di frekuensi 107.7 FM, dan streaming di www.mosintuwu.com

Editor : Lian Gogali

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda