Helpin Sumoli : Memperjuangkan Suara Perempuan Menata Kembali Desa

0
2437
Helpin Sumoli, fasilitator Sekolah Pembaharu Desa dalam Karnaval Festival Mosintuwu 2019 . Foto : Dok. Joshua Marunduh

“ Sulit membayangkan ada aktivitas di desa yang berhasil jika perempuan tidak dilibatkan”  tegas Helpin. 

Berulangkali dalam berbagai pertemuan Helpin Sumoli mengingatkan pentingnya melibatkan perempuan agar desa maju. Namun, Helpin menyadari tidak semua perempuan disiapkan untuk terlibat aktif dalam pembangunan di desa. Menurutnya, ini karena berkembangnya cara pikir patriaki dimana perempuan dianggap warga yang tidak mampu dan hanya bisa mengurus rumah saja. Termasuk, pengetahuan perempuan tentang pengelolaan alam dan lingkungannya mulai disingkirkan.

“Kenyataannya, kita semua mengenal pemimpin spiritual dan penentu di masyarakat dalam sejarah di Poso adalah perempuan. Dulu dikenal sebagai Tadumburake ( perempuan pemimpin spiritual )  Entah bagaimana ceritanya hingga sekarang terbalik ( bahwa perempuan tidak dianggap sanggup memimpin-red) “ ujar Helpin.

Di usia yang sudah tidak lagi muda, 58 tahun, Helpin masih punya semangat kuat untuk  berjalan keliling dari rumah ke rumah.  Helpin berusaha meyakinkan dan mendorong perempuan yang lebih muda tampil kedepan dengan percaya diri.  Alhasil 5 orang perempuan menjadi bagian dari struktur pemerintah di desanya. Helpin juga membangun  diskusi dari forum-forum resmi sampai berjalan dari rumah kerumah untuk berbagi informasi dan pengalaman yang diperolehnya. Meskipun tidak menjadi bagian dari struktur pemerintah desa, Helpin rajin mengkonfirmasi dan mengklarifikasi informasi yang didapatkannya kepada pemerintah desa dan kecamatan.

Helpin punya keyakinan bahwa perempuan punya kemampuan yang khusus atau spesifik , termasuk pengenalan yang detail atas desanya. Akan tetapi menurut Helpin, potensi perempuan harus didukung oleh pengetahuan. 

“ Ini dunia terus berkembang, saya sudah setua ini juga masih belajar terus karena banyak perubahan terjadi. Perempuan sudah punya akar pengetahuan, tapi pengetahuan itu baik jika dikuatkan dengan menyadari perkembangan dunia saat ini” katanya.

Pengetahuan yang dikembangkannya sejak menjadi anggota sekolah perempuan Mosintuwu angkatan 3, dan sekarang menjadi fasilitator kelas sekolah pembaharu desa, membantu Helpin untuk menggali kembali pengetahuan perempuan dan mengembangkan cara baru menghadapi tantangan perubahan jaman. 

Baca Juga :  Musyawarah Perempuan Desa : Bersuara untuk Perdamaian dan KeadilanWomen Village Forum : Speak Up for Peace and Justice

“Saya bersyukur karena terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan Institut mosintuwu, terutama di sekolah perempuan. Dari beberapa kegiatan yang saya ikuti muncul rasa keterpanggilan didalam diri saya untuk membangun desa dimulai dari yang kecil-kecil dulu. Saya mengajak perempuan untuk menanam tanaman untuk keperluan sehari-hari “

Helpin memulai dari rumahnya yang kecil, menanam sayuran dan menjualnya secara berkeliling. Sambil berjualan berkeliling itu, Helpin mulai mengajak orang-orang berbicara tentang pentingnya kembali menanam. Helpin menceritakan mimpinya untuk mengubah desa melalui pengetahuan perempuan .

“Saya ingin merubah desa menjadi lebih baik dengan pengetahuan, dan  berbagi pengetahuan.  Sekalipun ada yang bilang sudah terlambat untuk mengubah desa kita menjadi lebih baik karena lahan-lahan sudah dijual. Tapi saya meyakini perempuan di desa mengerti bahwa sumber kemakmuran itu ada di dekatnya, ada di desanya “

Helpin bertekad untuk terus menyampaikan pengetahuan perempuan yang diolahnya dari pengalaman sehari-harinya dan diwariskan dari desa, termasuk dari sekolah perempuan. Helpin menyakini pentingnya memberi pengetahuan terus menerus untuk merubah pola pikir bahwa kemakmuran itu ada di dekat kita sendiri. 

“Saya sebenarnya punya mimpi supaya bukan hanya di desa saya, desa Tiu saja tapi juga desa-desa lain. Saya ingin semua desa punya mimpi. Setidaknya lewat perempuan dan organisasi yang melibatkan perempuan sama-sama membangun desa karena perempuan itu yang paling mengetahui kondisi desa mereka. Dan yang paling penting yang perlu diketahui adalah, perempuan itu kuat. Bekerja sejak masih subuh, masih gelap sampai gelap lagi yaitu malam. Jadi perempuan itu menentukan sekali dalam soal apapun dirumah dan di desa. Jadi kalau ditanya mengapa saya mau ikut membangun desa? karena saya punya mimpi desa saya betul-betul menjadi lebih baik dan sejahtera “ 

Baca Juga :  Gusdurian Award untuk Mosintuwu dan Rekomendasi Gusdurian untuk Indonesia

Helpin menyadari keterlibatan perempuan mengurusi desa bukan tanpa tantangan. Menurutnya tantangan paling berat itu biasanya adalah pemerintah di desa. 

“ Dalam pengalaman ketika kami berkumpul bersama-sama dengan perempuan dari desa-desa lain,  persoalan yang sama muncul yaitu biasanya tidak ada tindak lanjut dari usulan yang disampaikan kelompok perempuan. Padahal waktu disampaikan dalam rapat pemerintahnya merespon” 

Menurut Helpin, ini mungkin terjadi karena pemerintah belum mengerti benar apa tujuan yang sebenarnya dari usulan perempuan itu. Ketika mendapati ada pemerintah yang tidak mengerti tujuan dari setiap usulan perempuan, Helpin tidak menyerah. Dia tidak segan-segan terus menerus melakukan pendekatan, membangun komunikasi dengan pemerintah desa, hingga mereka bisa memahami . 

Capek? tidak ada dalam kamus Helpin. Sebaliknya Helpin merasa selalu bersemangat dan tidak patah hati mencari ruang dalam setiap pertemuan untuk mengajak anak muda, kelompok petani, kelompok perempuan untuk membicarakan desa mereka adalah desa yang kaya dan perlu diperjuangkan. Helpin tidak menggunakan forum-forum resmi , sebaliknya dengan berjalan keliling sambil jualan sayur atau ketika berkebun bersama. 

Perjuangan Helpin lahir dari pengalamannya melihat dan mengalami sendiri perubahan di desanya . 

“Dulu, desa kami adalah desa yang makmur” kenangnya “ Kami punya danau kecil namanya Danau Toju. Luasnya  lebih dari dua kali lapangan sepakbola . Orang-orang mengandalkan hasil ikan dari Danau Toju untuk bisa membiayai sekolah termasuk untuk kebutuhan sehari-hari “

Helpin menyebutkan banyak orang yang menjadi kepala sekolah, pejabat di Poso, termasuk dirinya bisa bersekolah dan meraih gelar karena hasil ikan dari Danau Toju. Warga desa tidak pernah kekurangan sumber makanan dan sumber uang untuk membiayai hidup sehari-hari. Bahkan Danau Toju menjadi tempat terkenal untuk bertamasya. 

Baca Juga :  Udang Endemik Danau Poso Terancam

Namun kemudian Helpin menyaksikan sendiri bagaimana Danau Toju kebanggaan warga desa hilang setelah perusahaan kelapa sawit beroperasi di desanya. Warga desa tidak lagi menjadi petani, berganti menjadi buruh perusahaan yang bekerja dari jam 4 subuh hingga jam 5 sore dengan upah Rp.80.000 per hari. Tanah-tanah menjadi kering dan sulit untuk diolah. Bahkan, sumber mata air di desanya menjadi berkurang. Ahli lahan gambut dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Azwar Maas, menilai tanaman sawit yang ditanam di lahan gambut membutuhkan persediaan air banyak. Untuk memproduksi sawit, kandungan gula yang digunakan hanya sekitar 25 persen. Kesimpulan Azwar menyebutkan untuk membentuk 1 kilogram sawit dibutuhkan 400 liter air setiap hari ( kutipan wawancara di Tempo.co , diakses tanggal 18 November 2015 )

“Saya akui bahwa hilangnya danau itu karena pengetahuan kita untuk menjaganya belum cukup sehingga akhirnya hilang seperti sekarang “ katanya . 

Karena itu, bagi Helpin pengetahuan tentang desa sangat penting untuk terus menerus dikampanyekan agar orang – orang di desa mengenal kembali bahwa kemakmuran itu ada di desa mereka jika mau menjaganya. Dalam hal ini, menurut Helpin, keterlibatan perempuan tidak boleh diabaikan.  

Helpin berhasil mendorong perempuan-perempuan muda untuk terlibat langsung dalam struktur pemerintahan desa, namun dia tidak berhenti. Pengetahuan yang diperolehnya dari kelas sekolah perempuan dan sekolah pembaharu desa, serta pengalamannya di desa terus dibagikan kepada lebih banyak perempuan , bukan hanya di desanya tapi juga desa-desa lain. Saat ini Helpin menjadi fasilitator sekolah pembaharu desa di 5 desa di Kecamatan Pamona Timur, Kabupaten Poso.

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda