Handbook Peringatan dan Tanggap Dini Konflik di Poso

0
1352

Konflik adalah sesuatu yang niscaya terjadi dalam masyarakat. Konflik, seperti dua sisi mata uang yang berbeda. Sisi yang satu memberikan potensi bahaya atau resiko, sementara sisi yang lain memberikan potensi peluang atau manfaat. Kondisi seperti ini memberikan pilihan dalam proses-proses penanganan konflik, apakah akan lebih mengedepankan sisi manfaat ataukah sisi bahaya dari konflik yang terjadi dan perlu dikelola. Dalam konteks pasca konflik kekerasan di Kabupaten Poso, disadari bahwa masih banyak potensi-potensi konflik yang dapat berkembang menjadi konflik kekerasan bila tidak dikelola. Potensi konflik tersebut antara lain, konflik sumber daya alam; konflik suku,budaya dan identitas; konflik karena ketidakadilan penyelenggaraan pemerintah; konflik birokrasi lokal; konflik implementasi kebijakan; konflik politisasi agama dan konflik disfungsi aparat keamanan. Menyadari hal tersebut, beberapa lembaga di Kabupaten Poso (Yayasan Tanah Poso, Kelompok Peduli Perempuan dan LP2M) bekerjasama dibawah program PTD Kabupaten Poso untuk membuat handbook sistem dan mekanisme peringatan dan tanggap dini konflik berbasis komunitas.

Pada tanggal 16 Desember 2010, bertempat di Hotel Wisata Poso, handbook sistem dan mekanisme peringatan dan tanggap dini konflik berbasis komunitas diluncurkan. Peluncuran handbook ini menjadi unik karena dalam sistem dan mekanisme yang dibangun oleh para penulis yang terdiri dari 8 orang, ditekankan dua hal : pertama, bahwa telah terdapat kearifan lokal dalam masyarakat yang telah terbukti berfungsi efektif  saling melindungi dan menolong selama konflik pernah terjadi sehingga penting untuk mengembangkan dan memberikan tempat kearifan lokal dalam penanganan konflik. Kedua, analisis potensi konflik menunjukkan bahwa wilayah pasca konflik kekerasan ini lebih rentan dengan konflik yang disebabkan ketidakadilan dalam penyelenggaraan pemerintahan sehingga menempatkan masyarakat sebagai korban ketidakadilan. Hal yang disebutkan kedua ini pada akhirnya mengakui bahwa  wacana hegemoni konflik Poso sebagai konflik agama adalah sebuah pengalihan dari konflik kepentingan ekonomi politik.

Baca Juga :  Perempuan, Mereka yang Ciptakan Lapangan Kerja

Ibu Lies Saino dan Lian Gogali, dua penulis yang berkesempatan menjelaskan keseluruhan isi buku juga menegaskan bahwa handbook ini hanyalah tools yang dapat digunakan bersama namun bukan menjadi satu-satunya cara, karena keterbatasan lembar  dalam handbook, selain kesadaran bahwa upaya-upaya kreatif yang berakar dari kultur masyarakat Poso telah pernah berkembang dan berfungsi masif dalam membangun perdamaian di Kabupaten Poso, baik saat konflik terjadi maupun pasca konflik.

Handbook  ini memang pertama-tama ditujukan untuk dapat diterapkan oleh Forum Komunikasi Pemuda Antar Iman (FKPAI) namun warga Poso adalah pekerja utama yang bersama-sama menjadi tulang punggung perdamaian di seluruh wilayah Kabupaten Poso. Jaringan dan komunikasi menjadi kunci penting  sehingga berbagai cara dan upaya pembangunan perdamaian di Kabupaten Poso dapat bersinergi satu sama lain.

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda