Dendangkan Perlindungan Tubuh Anak dan Remaja

0
3139

“Kepala pundak lutut kaki /

Yang boleh dipegang orang yang kusayangi

Mulut, pundak sampai ke lutut

Itu tubuhku yang pribadi”

Ratusan anak di sekolah menyanyikannya penuh semangat. Lagu ‘kepala, pundak, lutut, kaki’ yang sering dinyanyikan dalam sebuah permainan, hari itu memiliki makna berbeda. Sondang Sidabutar, seorang psikolog praktisi lapangan, mengubah lirik lagu  menjadi lagu untuk perlindungan anak. Menyanyikan lagu tersebut mengingatkan anak-anak tentang tubuh mereka harus dilindungi dari kekerasan seksual, termasuk kekerasan dalam pacaran.  Bersama dengan tim Rumah Perlindungan Perempuan dan Anak Mosintuwu, Sondang melakukan tur keliling ke 50 sekolah di wilayah Kabupaten Poso untuk memperkenalkan kekerasan seksual dan kekerasan dalam pacaran kepada anak-anak sekolah.

Tur dengan tema “Lindungi tubuhmu” ini dilakukan selama bulan Februari hingga akhir Maret 2016 dirangkaikan dengan gerakan anti kekerasan terhadap perempuan dan anak yang biasanya diselenggarakan setiap tanggal 14 Februari oleh aktivis Satu Milyar Bangkit ( One Billion Rising ).  Selain sekolah, tur juga dilakukan di remaja gereja dan remaja mesjid termasuk beberapa pertemuan dengan kelompok perempuan di desa. Tur diawali dengan penjelasan mengenai apa itu kekerasan seksual dan kekerasan dalam pacaran. Diikuti dengan penjelasan mengenai bentuk-bentuk kekerasan seksual dan kekerasan dalam pacaran, Sondang menceritakan hak-hak perlindungan anak dan remaja. Di SD, tur dilakukan hanya 30 – 45 menit, sementara di SMP dan SMU, tur dilakukan selama 1  – 1,5 jam. Berbeda dengan kelompok perempuan yang membahas kekerasan dalam rumah tangga selama 2 jam lebih.

Baca Juga :  Menakar Kesiapan Penanganan Covid-19 di Poso

“Kegiatan ini sangat penting bagi anak-anak supaya mereka tahu bagian tubuh mana yang pribadi dan harus dilindungi, tidak boleh dipegang-pegang orang lain” ujar seorang guru di SMP 1 Pamona Utara.  “Kita seringkali lalai mendampingi anak-anak bahkan tidak sempat menjelaskan apa yang boleh dan tidak boleh dengan bahasa anak. Kegiatan ini sangat membantu guru dan orang tua. Kalau mereka sadar, anak-anak bisa saling mengingatkan satu sama lain” sambung Ibu Elmi dari Desa Wera.  Dipastikan setiap hari terjadi kekerasan terhadap anak. Ironisnya kekerasan seksual biasanya dilakukan oleh orang terdekat atau keluarga korban sehingga membuat anak dan remaja kesulitan untuk keluar dari lingkaran kekerasan tersebut. Ketidaktahuan mengenai apa saja bentuk kekerasan dalam pacaran, seringkali membuat banyak anak remaja tidak mampu melindungi diri sendiri. Memperkenalkan bagian tubuh anak dan remaja yang pribadi atau yang tidak boleh disentuh dan dipermainkan oleh orang lain, menjadi langkah awal mencegah berulangnya kekerasan.

Tidak hanya  memperkenalkan bagian tubuh yang boleh dipegang dan tidak boleh, tim juga mengajak ratusan anak di  SD, SMP dan SMU yang dikunjungi untuk berani mengambil tindakan saat kekerasan seksual mereka hadapi.  Cici, koordinator Project Sophia yang juga mengikuti kegiatan menjelaskan “banyak anak remaja yang pacaran dan sudah mulai pegang-pegang bagian tubuh yang mengarah pada kekerasan seksual. Biasanya karena alasan sayang atau cinta, mereka tidak berani menolak. Apalagi bila ini terjadi pada anak-anak. Mereka mengalami kebingungan yang luar biasa” Maka, lagu “ kalau kau suka tepuk tangan / hentak kaki …” yang juga terkenal dinyanyikan dalam pengantar permainan digubah untuk kepentingan tersebut.

Baca Juga :  Mendorong Penetapan Warisan Geologi Danau Poso, Melindungi Sejarah dan Situs Geologi

“Kalau kau ingin aman perhatikan// bagian tubuhmu yang pribadi

tak sembarangan lihat // tak sembarangan pegang

kalau kau ingin aman lakukanlah

Katakan saja tidak dengan tegas . Tidak!

Lalu berteriaklah minta tolong. Tolong

Lari ke tempat aman, lapor ke orang tua

Atau orang yang engkau percaya”

Mengajak anak untuk terbuka menceritakan pengalamannya tidak hanya untuk mendampingi anak yang telah menjadi korban tapi juga mencegah hal yang sama berulang dilakukan kepada anak-anak yang lain. Sementara, anak remaja diajak untuk bertindak berani , mengingatkan hak atas tubuh mereka, memperlihatkan harapan akan masa depan yang lebih baik dengan menghargai tubuh mereka agar tidak dirusak.

Lebih dari 1000 anak dan remaja telah berpartisipasi dalam tur “Lindungi Tubuhmu”. Tim Rumah Perlindungan Perempuan dan Anak menyatakan ini adalah langkah awal untuk membangun kesadaran massal hingga menjadi sebuah gerakan bersama melawan kekerasan terhadap anak dan remaja.  Gerakan ini diharapkan menjadi gerakan bersama dalam masyarakat karena itu tur Tim Rumah Perlindungan Perempuan Anak untuk “Lindungi Tubuhmu” masih terus dilakukan sepanjang tahun bekerjasama dengan semua pihak di desa dan kota. Dipercaya bahwa melindungi tubuh anak dan remaja dari kekerasan menjadi bagian dari langkah bersama membangun generasi masa depan di Poso.

Baca Juga :  Hari-hari di 16 Hari Anti Kekerasan di Poso

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda