“Saya sampaikan kepada warga di beberapa desa di pinggir Danau Poso, kalau ada rejeki tidak usah perbaiki rumahnya yang sekarang. Belilah tanah yang agak jauh dari tepian pantai”(Abdullah MT/akademisi Untad/tim ahli Ekspedisi Poso).
Gempa magnitude 5,7 membuat orang-orang di Desa Tindoli, Kecamatan Pamona Tenggara berhamburan keluar rumah. Saat itu waktu menunjukkan pukul 20:06 wita bertepatan dengan malam bam asak, sebab besok adalah Padungku. Sebuah perayaan mensyukuri hasil panen kebun atau sawah yang dirayakan masyarakat Poso turun temurun.
Dewi Tadonggu, saat itu sedang melayat ke rumah tetangganya yang meninggal dunia saat kursinya bergoyang kencang. Gempa…orang-orang berteriak. Sontak dia dan yang lainnya berhamburan keluar. Ditengah kepanikan itu, dia sempat melihat dinding batako rumahnya roboh.
Desa tindoli terletak di tepi tenggara ujung Danau Poso. Sepuluh hari sebelumnya, 14 Juli 2025, gempa bermagnitudo 5,3 mengguncang wilayah yang sama. Rentetan peristiwa bumi ini memancing beragam cerita diantara warga. Salah satunya tentang Imbu (naga) yang mengamuk di tengah danau.
Cerita lainnya muncul. Tsunami bisa menerjang desa. Seketika bayangan gempa magnitude 7,4 yang memunculkan tsunami di Palu 28 September 2018 mengemuka. Dewi dan seluruh warga Tindoli semakin dilanda kepanikan.
Apakah tsunami memang bisa terjadi di Danau Poso? Abdullah, akademisi yang menulis buku tentang sejarah tsunami di Teluk Palu sebelum peristiwa itu benar-benar terjadi menjelaskan tentang potensi itu. Salah satu dasar pemikirannya adalah sejumlah sesar aktif yang melintas di sekitar Danau Poso.
Abdullah yang juga Kepala Laboratorium Palu-Koro Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako itu mengatakan, I sisi barat dan sisi timur Danau Poso ada sesar yang membujur Utara Selatan dan di sebelah Barat Danau Poso juga ada sesar yang dulu namanya sesar Poso yang kemudian diganti dengan nama sesar Malei. Nama Malei diambil dari sungai atau kampung kecil namanya Malei diantara Tentena dan Bada.
Dalam catatannya, sesar di sisi barat Danau Poso pernah menimbulkan gempa bumi pada Maret tahun 2023 yang merusak Pura di desa Meko Kecamatan Pamona Barat.
Sedangkan sesar di sisi Timur Danau Poso yang tampaknya berhimpit dengan sesar Uekuli juga kerap menimbulkan gempa.
Jejak Tsunami di Danau Poso
Di bagian tanjung sebelah barat Danau Poso, tepatnya di desa Bancea, kecamatan Pamona Selatan, terdapat bekas-bekas karya manusia yang tidak mungkin dikerjakan di bawah air. Abdullah menduga, kemungkinan besar tempat itu sebelumnya adalah daratan yang mengalami penurunan karena tsunami.
“Tidak ditahu kapan terjadinya tapi ada bekas jejak gempa besar dan bisa memicu tsunami di Danau Poso, kita tidak tahu kapan terjadinya tapi bekasnya ada,”katanya dalam sebuah wawancara di Radio Mosintuwu pasca gempa 24 Juli 2025 lalu.
Sebuah peta rekam gempa yang terjadi tahun 1823 di Danau Poso memuat keterangan pendek yang berbunyi :Banyak yang meninggal. Informasi ini menunjukkan kemungkinan kaitan antara cerita rakyat tentang kampung yang tenggelam di desa Bancea dengan peristiwa tsunami.
Mengingat posisinya yang diapit dua sesar aktif, Abdullah MT merekomendasikan agar warga yang tinggal di pinggir pantai Danau Poso disaat terjadinya gempa kuat untuk langsung ke luar dari rumah dan menjauh dari bibir pantai danau untuk antisipasi kemungkinan terjadinya tsunami. Ini merupakan pesan kesekian kalinya yang diutarakan oleh Abdullah dalam sejumlah kesempatan.
Belajar dari bencana tsunami Teluk Palu pada 28 September 2018. Tsunami bisa mencapai jarak hingga 480 meter utamanya pada wilayah yang tanahnya datar namun pada kondisi yang tidak rata dan permukaan tanah yang lebih tinggi dari permukaan danau. Untuk Danau Poso, Abdullah mengatakan, jarak 200 meter sudah cukup aman untuk menghindar jika terjadi tsunami.
Mitigasi di Danau Poso
“Untuk sekitar Danau Poso yang wilayah yang datar ya mungkin 500 meter, saya bisa pastikan 500 meter sudah aman yang agak berbukit 200 meter itu sudah aman dari terjangan tsunami,”ungkapnya.
Dalam sosialisasinya kepada masyarakat Desa Taipa kecamatan Pamona Barat saat Ekspedisi Poso tahun 2020 lalu, Abdullah meminta warga yang rumahnya persis di pinggir danau untuk pelan-pelan pindah menjauh sekitar 400 meter dari tepiannya.
“Kalau ada rejeki tidak usah perbaiki rumahnya yang sekarang. Belilah tanah yang agak jauh dari tepian pantai”. Pesan itu disampaikannya setelah melihat kondisi pantai yang terus mengalami abrasi. Dia berpendapat, tanggul hanyalah penahan sementara yang tidak bisa terus menerus diharapkan sepanjang lebih dari 20 tahun.
Mewaspadai Sesar Matano di Selatan Danau Poso
Selain sesar di Danau Poso, Abdullah juga mengingatkan masih ada sumber gempa lainnya yang berpotensi merusak. Yakni sesar Matano, di bagian selatan Danau Poso. Dia menyebutkan, sesar Matano berpotensi memicu gempa magnitude 7.
Dalam beberapa peristiwa gempa di wilayah itu, getarannya terasa hingga ke Kabupaten Poso.
Menurut sejumlah referensi sesar matano adalah sesar geser di pulau Sulawesi yang membentang sekitar 190 kilometer dari dekat ujung selatan Sesar Palu-Koro hingga Teluk Kolono. Aktivitas sesar Matano membentuk Danau Matano, sebuah danau tektonik di ujung timur Provinsi Sulawesi Selatan berbatasan dengan Sulawesi Tengah.
Danau Poso Lebih Luas Dari Teluk Palu
Danau Poso memiliki luas satu setengah kali dibanding Teluk Palu. Panjang Teluk Palu aalah 30.5 km, lebar 6-9.5 km. Sedangkan Danau Poso memiliki ukuran Panjang 32 km dan lebar 16 km.
Dengan ukuran seperti itu, Teluk Palu sudah tiga kali terjadi tsunami yang dibangkitkan oleh gempa bumi kuat.
Sejumlah catatan menunjukkan gempa sering memicu tsunami sudah menerpa Sulawesi Tengah sejak 1827. Namun belum ada rekaman ilmiah yang menyebutkan peristiwa itu pernah terjadi di Poso.
Berikut beberapa catatan gempa bumi berkuatan magnitude 5 hingga 7 yang menyebabkan tsunami di Sulteng sejak 1927-2025.

Namun apakah tsunami pernah terjadi di Danau Poso? Pertanyaan ini belum terjawab hingga kini. Sebabnya belum ada catatan tertulis mengenai peristiwa bencana di kabupaten Poso sebelum tahun 1892.
Meski belum ada catatan pasti mengenai sejarah tsunaminya, namun dalam beberapa peristiwa, sejumlah tsunami pernah menghempas di danau. Termasuk Danau Lindu di Kabupaten Sigi.
Catatan tentang Tsunami yang pernah terjadi di danau
Widjo Kongko, ahli tsunami Indonesia sebagaimana dikutip dari laman siagabencana.com mengatakan, Indonesia memiliki banyak danau yang terbentuk dari proses vulkanik maupun tektonik. Diantaranya Danau Poso.
Widjo mengatakan, danau ini juga masih terus berproses secara alami dan berpotensi menyebabkan tsunami. Karena itu menurut dia dibutuhkan mitigasi bencana yang kuat untuk masyarakat di daerah sekitarnya
Selain itu, fakta bahwa Poso dilalui sejumlah sesar aktif membuat kemungkinan wilayah ini pernah dilanda tsunami menjadi pertanyaan yang harus dijawab lewat penelitian terus menerus. Sebab, tsunami ibarat manusia yang sering merayakan tahun kelahiran. Selalu berulang. Seperti peristiwa tsunami di Teluk Palu maupun Donggala yang terus berulang. Hanya saja, kapan tahun dan tanggalnya belum ada yang bisa memastikannya.