
Puluhan pelajar dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas/Kejuruan mengikuti dengan serius pembahasan Keragaman Geologi Geopark Poso dalam sebuah webinar yang diselenggarakan oleh Institut Mosintuwu pada hari Rabu 18 Juni 2025.
Dosen Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Riska Puspita yang menjadi narasumber menjelaskan tentang 24 situs geologi Poso yang tersebar di tiga wilayah utama yaitu Poso Pesisir, Pamona dan Lore. Keragaman geologi itu mewakili proses evolusi geologi dari daerah tersebut.
“Nah, maksud dari evolusi geologi adalah bagaimana daerah atau suatu tempat itu mengalami perubahan-perubahan sejak zaman purba atau sejak zaman sebelum manusia ada sampai bisa kelihatan seperti sekarang ini,” papar Riska Puspita.
Ke-24 situs geologi itu sebelumnya diajukan oleh Badan Geologi Kementerian ESDM untuk ditetapkan sebagai Warisan Geologi diantaranya, Mata Air Panas Pantangolemba di kecamatan Poso Pesisir Selatan, Siklin Pandiri di kecamatan Lage, Ketidakselarasan Petirodongi di kecamatan Pamona Utara dan Sungai Purba Malei Badangkaia di kecamatan Lore Selatan.
Situs-situs ini merupakan warisan geologi yang tidak hanya memiliki nilai ilmiah tinggi sebagai laboratorium alam untuk memahami evolusi bumi, tetapi juga memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata.

“Keragaman geologi ini sudah tersimpan lama sekali dan sangat berharga untuk kita bisa mengenali bagaimana tempat kita tinggal, bagaimana prosesnya, kemudian apa yang bisa dimanfaatkan dan sampai mitigasi bencana-bencana yang kemungkinan bisa berpotensi pada daerah tersebut,” jelas Riska.
Dia menekankan, tidak semua daerah di Indonesia atau bahkan di dunia ini dapat dijumpai keragaman geologi yang mewakili proses evolusi geologi lengkap seperti yang dapat dilihat di Kabupaten Poso. Karena itu, keragaman geologi di Poso harus dilestarikan dan dijaga dari kerusakan yang bisa menurunkan nilai strategisnya.
Dia mengusulkan pengembangan wisata dan jenis pariwisata hijau akan membuat warisan geologi di Poso bisa mendorong pertumbuhan nilai sosial dan ekonomi baik di tingkat lokal, regional maupun nasional.
Pembangunan Tanpa Merusak Lingkungan
Berbicara dalam webinar ini, Kepala Badan Perencanaan, Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapelitbangda) Kabupaten Poso, Frits Sam Purnama mengatakan pemerintah daerah sepakat untuk tidak melakukan aktivitas yang merusak lingkungan seperti deforestasi. Sikap ini menurutnya tercermin dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2025-2029 yang memprioritaskan pembangunan kepariwisataan dan pertanian.

“Sekarang ini kami masuk pada bagaimana program pembangunan yang berkelanjutan. Kita mau tetap menjaga lingkungan kita. Kita mau menjaga taman bumi kita. Kita mau menjaga kekayaan geologi kita. Menjaga keanekaragaman hayati kita” kata Frits Sam Purnama.
Pemerintah Kabupaten Poso, menurutnya, sangat ingin Geopark Poso dapat segera terwujud sebagai Geopark Nasional dalam waktu yang singkat sehingga bisa menjadi pendorong dan pemicu pariwisata di Poso.
Frits menekankan, yang paling utama dalam menyambut kehadiran Geopark adalah bagaimana seluruh masyarakat di Kabupaten Poso harus menyiapkan diri menerima dan menjadi tuan rumah yang baik dalam seluruh kegiatan-kegiatan geopark dan kepariwisataan di Kabupaten Poso ini.
Menurutnya, dibutuhkan dukungan semua pihak termasuk dari pelajar dan para guru untuk mendapat pengetahuan lengkap mengenai Geopark Poso. Karena mereka akan menjadi salah satu pihak yang akan mensosialisasikannya kepada masyarakat luas.
Menanamkan Kepedulian Lingkungan Sejak Dini
Ketua Jaringan Geopark Indonesia, Mohammad Farid Zaini mengungkapkan pihaknya menilai sektor pendidikan sangat krusial untuk mewujudkan tujuan pengembangan geopark diantaranya melalui kurikulum muatan lokal untuk menanamkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan sejak dini bagi pelajar, mahasiswa dan juga guru di Kabupaten Poso.

“Pengembangan Geopark Corner dan peningkatan pengetahuan berbasis Geopark yang sekarang sedang dikembangkan oleh Institut Mosintuwu dan Pemerintah Kabupaten Poso ini saya melihat sebagai satu (cara) dimana kita bisa menanamkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan sejak dini terutama untuk pelajar dan mahasiswa untuk para guru khususnya di Kabupaten Poso,” kata Farid Zaini.
Webinar Geopark Poso yang diselenggarakan oleh Institut Mosintuwu tersebut juga bertujuan untuk mempersiapkan keikutsertaan pelajar tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas dalam kegiatan kompetisi Antar Sekolah yang akan digelar pada Festival Mosintuwu 31 Juli hingga 2 Agustus 2025.