Kunjungan Kementrian Perempuan dan Anak di Sekolah Perempuan

0
1335

Sekolah Perempuan Mosintuwu di Dusun Kassa, Desa Pandiri dan Desa Ratoumbu menjadi perwakilan suara gerakan perempuan akar rumput di Kabupaten Poso untuk Pemerintah Pusat. Hal ini terjadi saat kunjungan kerja Albaet Pikri, staff khusus Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak . Dalam kunjungan kerja sehari ini, Albaet mengikuti kelas sekolah perempuan Lebanu yang difasilitasi oleh Lian Gogali, pendiri sekolah perempuan Mosintuwu sejak pukul 11 hingga pukul 4 sore, hari Selasa 11 Oktober 2016.

 “Saya diberikan tugas oleh ibu Menteri untuk datang melihat proses belajar di sekolah perempuan Mosintuwu yang dikembangkan di Kabupaten Poso. Saat ini kementrian sedang mencoba mengembangkan program pemberdayaan perempuan di Indonesia . Poso menjadi pilihan karena ibu menteri pernah mendengar presentasi tentang Sekolah Perempuan dan ingin menindaklanjutinya “ Jelas Albaet di hadapan ibu-ibu Sekolah Perempuan. “Kunjungan ini diharapkan mendapatkan inspirasi dari ibu-ibu sekolah perempuan yang hadir saat ini bagaimana baiknya mengembangkan program pemberdayaan perempuan yang menyentuh masyarakat miskin di pedesaan” demikian tambahnya.

Baca Juga :  Mimpi-Mimpi Yang Tak Mustahil di Sekolah Perempuan

Meskipun melakukan perjalanan langsung dari bandar udara Kasiguncu menuju Dusun Kassa dengan jalan yang rusak, tidak tampak kelelahan dari wajah Albaet. Sebaliknya staff khusus asal Padang ini nampak antusias mengikuti kelas sekolah perempuan sambil sesekali memberikan respon. 11 anggota sekolah perempuan kelas Lebanu yang terdiri dari warga muslim transmigran dari Jawa dan warga Kristen pengungsi dari wilayah Lage ini tampak bersemangat menceritakan bagaimana usaha dan kendala mereka dalam mengembangkan partisipasi dalam desa.

“ Sekolah Perempuan bukan hanya menjembatani kami yang berbeda suku dan agama, membuat kami bisa hidup berdampingan tanpa rasa takut dan curiga, tapi sekolah perempuan Mosintuwu juga bisa membekali kami kemampuan dan kepercayaan diri untuk berpartisipasi aktif membangun desa “ Kata ibu Marlice.

Proses sekolah perempuan yang membahas peran aktif lulusan sekolah perempuan dalam bentuk tim Pembaharu Desa ini ternyata membuka cara pandang baru pendidikan bagi perempuan. Hal ini disampaikan oleh Albaet setelah proses sekolah perempuan hari itu berakhir “ Hanya dalam waktu 5 jam saya belajar banyak hal dan tidak menduga akan mendapatkan inspirasi yang lebih luar biasa dari yang saya bayangkan “ Terlihat antusias, Albaet meneruskan “ Saya belajar banyak , dua hal yang bisa saya sebutkan sekarang. Pertama, pendidikan pada perempuan yang dikembangkan di sekolah perempuan Mosintuwu bukanlah soal masak memasak dan berbagai jenis ketrampilan kerajinan lainnya ala PKK, sebaliknya para perempuan diajak untuk memiliki kesadaran kritis atas peristiwa sosial, ekonomi, budaya dan politik di sekitarnya. Yang Kedua, saya akan menyampaikan pada ibu menteri bahwa bukan hanya kesadaran kritis yang dibangun di sekolah perempuan, tetapi juga aksi nyata keterlibatan perempuan dalam proses pembangunan desa. Aksi nyata ini mampu merangkul dan menggabungkan hal sehari-hari dan krusial yang terjadi terhadap perempuan dan anak di desa. Model seperti ini harusnya menjadi model yang dikembangkan di semua desa di Indonesia”  Tegasnya.

Baca Juga :  Agamamu Agamaku di Kunjungan Sekolah Perempuan

Ibu Sumiati, mewakili sekolah perempuan menyampaikan terimakasih atas kunjungan yang dilakukan oleh staff khusus kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Anak, sembari menitipkan harapan agar lebih banyak perempuan di Indonesia mendapatkan kesempatan yang sama dalam pendidikan kritis dan partisipasi aktif dalam desa membangun. Albaet menyampaikan akan menceritakan pengalaman dan proses sekolah perempuan yang dilihatnya langsung pada ibu Menteri termasuk kendala tidak adanya dukungan positif dari sebagian besar pemerintah desa atas keberadaan sekolah perempuan.

Sayangnya, dalam kunjungan kerja yang tidak melalui proses birokrasi rumit ini, tidak tampak hadir unsur staff pemerintahan Desa Ratoumbu. Kepala Desa dan Sekretaris Desa Ratoumbu yang turut diundang dalam pertemuan ini menolak menghadiri pertemuan tanpa alasan yang jelas.

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda