Lilin Damai untuk Perdamaian Poso

0
3030
Aksi lilin perdamaian oleh ibu-ibu lintas agama ( Islam , Kristen, Hindu ) yang tergabung di Sekolah Perempuan Mosintuwu, merespon bom bunuh diri di Kantor Polisi tahun 2013. Foto : Dokumentasi Mosintuwu

“Poso Damai, Damai untuk Poso” seruan sekelompok ibu-ibu di pusat jalan kota Poso nampak menggema memecah keheningan malam. Saat itu sudah pukul 20.00 tanggal 22 Januari 2015. Saat sebagian besar warga sudah bersiap untuk tidur, kurang lebih 150 ibu-ibu rumah tangga yang adalah ibu-ibu Sekolah Perempuan Mosintuwu turun ke jalan di pusat kota Poso . Di jam Kota Poso, aksi yang disebut sebagai aksi lilin perdamaian untuk Poso ini disampaikan dalam bentuk lagu dan puisi.

Mengawali aksi damai, ibu-bu yang berasal dari 20 desa di Kabupaten Poso ini berjalan kaki sejauh 50 meter dengan membawa lilin. Lagu “alangkah bahagianya hidup rukun dan damai, di dalam persaudaraan” seakan menguatkan simbol dan aksi mereka sebagai penerang dalam kegelapan

Aksi ini dilatarbelakangi oleh terjadinya serangkaian kekerasan dan aksi teror berulang kepada warga Poso. Peristiwa pembunuhan dan mutilasi yang disertai dengan serangkaian sms teror telah meresahkan masyarakat dan mengancam perdamaian di Poso. Menyadari hal tersebut, ibu-ibu tidak bisa tinggal diam. Sebuah pesan damai harus diteruskan, harus disampaikan, demikian penjelasan ibu Martince, koordinator aksi. Bahkan himbauan pihak kepolisian agar warga tidak beraktivitas pada malam hari tidak menghalangi ibu-ibu yang beragama Islam, Kristen dan Hindu dari desa-desa yang jaraknya puluhan hingga ratusan kilometer ini datang.  Aksi damai yang berhasil mengundang perhatian dari ratusan orang di jalanan Poso, sempat disertai mati lampu, namun tidak memadamkan semangat ibu-ibu yang terus menyuarakan pesan damai untuk Poso.

Ibu Fatimah dan empat ibu lainnya dari Poso Pesisir menyampaikan pesan damai dengan menyanyikan lagu Perdamaian yang digubah syairnya. Susul menyusul ibu-ibu dari  Poso Pesisir, Lage, Pamona Puselembah, Pamona Timur hingga Pamona Selatan menyampaikan pesan damai. Ibu Rahma dari Desa Masamba, Poso Pesisir membawakan puisi  indahnya perdamaian, ibu Yarlin dan ibu Elphin  bersama dengan kelompok ibu-ibu dari Desa Tiu dan Didiri menyanyikan lagu damai dalam bahasa Poso. Sementara itu ibu Satria dari Desa Kelei dalam bahasa Poso menyampaikan kritik terhadap proses perdamaian termasuk operasi keamanan yang tidak mendengarkan suara masyarakat akar rumput terutama perempuan.

Baca Juga :  Anak-anak Poso 2011 dan Masa Depan

Terdapat tiga pesan penting disampaikan dalam bentuk puisi dan lagu. Pertama, agar semua pihak menghentikan dan tidak meneruskan semua isu, rumor, informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan atau yang dapat menyebarkan teror, meluaskan ketakutan kepada masyarakat Poso di desa-desa . Kedua, membuat bersama sms/telpon yang positif yang menguatkan masyarakat Poso dalam membangun dan menjaga perdamaian di Tana Poso , termasuk memeriksa logika / masuk akal-nya sebuah informasi yang disebarkan.

Aksi lilin perdamaian yang berakhir pada pukul 21.00 ini juga menyoroti kinerja aparat keamanan. Mereka mendesak agar aparat keamanan pertama-tama dan terutama memperhatikan perlindungan, rasa aman, rasa nyaman masyarakat di Poso dalam operasi keamanan. Aksi lilin perdamaian untuk Poso yang juga diikuti oleh Wakil Bupati Poso dan sejumlah elemen masyarakat yang tergabung dalam Koalisi Rakyat Poso memiliki harapan Poso damai dan keadilan untuk warga Poso tetap bisa diperjuangkan.

Aksi lilin perdamaian untuk Poso adalah klaim bersama masyarakat akar rumput di Poso, bahwa orang Poso siapapun dan beragama apapun tidak akan pecah. Sebaliknya masyarakat Poso menguatkan barisan untuk menjaga perdamaian di Poso dan tetap memperjuangkan keadilan. Lilin menjadi simbol dari aksi ini, bahwa sekecil apapun upaya nyata di masyarakat untuk menjaga perdamaian, sangat berarti untuk menjaga tana Poso.

Baca Juga :  Membangun Imajinasi Poso Damai dan Adil di Sekolah Perempuan

Poso Damai, Damai untuk Poso” seruan sekelompok ibu-ibu di pusat jalan kota Poso nampak menggema memecah keheningan malam. Saat itu sudah pukul 20.00. Saat sebagian besar warga sudah bersiap untuk tidur, kurang lebih 150 ibu-ibu rumah tangga yang adalah ibu-ibu Sekolah Perempuan Mosintuwu turun ke jalan di pusat kota Poso . Di jam Kota Poso, aksi yang disebut sebagai aksi lilin perdamaian untuk Poso ini disampaikan dalam bentuk lagu dan puisi.

Mengawali aksi damai, ibu-bu yang berasal dari 20 desa di Kabupaten Poso ini berjalan kaki sejauh 50 meter dengan membawa lilin. Lagu “alangkah bahagianya hidup rukun dan damai, di dalam persaudaraan” seakan menguatkan simbol dan aksi mereka sebagai penerang dalam kegelapan

Aksi ini dilatarbelakangi oleh terjadinya serangkaian kekerasan dan aksi teror berulang kepada warga Poso. Peristiwa pembunuhan dan mutilasi yang disertai dengan serangkaian sms teror telah meresahkan masyarakat dan mengancam perdamaian di Poso. Menyadari hal tersebut, ibu-ibu tidak bisa tinggal diam. Sebuah pesan damai harus diteruskan, harus disampaikan, demikian penjelasan ibu Martince, koordinator aksi. Bahkan himbauan pihak kepolisian agar warga tidak beraktivitas pada malam hari tidak menghalangi ibu-ibu yang beragama Islam, Kristen dan Hindu dari desa-desa yang jaraknya puluhan hingga ratusan kilometer ini datang.  Aksi damai yang berhasil mengundang perhatian dari ratusan orang di jalanan Poso, sempat disertai mati lampu, namun tidak memadamkan semangat ibu-ibu yang terus menyuarakan pesan damai untuk Poso.

Ibu Fatimah dan empat ibu lainnya dari Poso Pesisir menyampaikan pesan damai dengan menyanyikan lagu Perdamaian yang digubah syairnya. Susul menyusul ibu-ibu dari  Poso Pesisir, Lage, Pamona Puselembah, Pamona Timur hingga Pamona Selatan menyampaikan pesan damai. Ibu Rahma dari Desa Masamba, Poso Pesisir membawakan puisi  indahnya perdamaian, ibu Yarlin dan ibu Elphin  bersama dengan kelompok ibu-ibu dari Desa Tiu dan Didiri menyanyikan lagu damai dalam bahasa Poso. Sementara itu ibu Satria dari Desa Kelei dalam bahasa Poso menyampaikan kritik terhadap proses perdamaian termasuk operasi keamanan yang tidak mendengarkan suara masyarakat akar rumput terutama perempuan.

Baca Juga :  Jelajah Budaya Temukan Jejak Kemandirian di Pasar Desa Salukaia

Terdapat tiga pesan penting disampaikan dalam bentuk puisi dan lagu. Pertama, agar semua pihak menghentikan dan tidak meneruskan semua isu, rumor, informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan atau yang dapat menyebarkan teror, meluaskan ketakutan kepada masyarakat Poso di desa-desa . Kedua, membuat bersama sms/telpon yang positif yang menguatkan masyarakat Poso dalam membangun dan menjaga perdamaian di Tana Poso , termasuk memeriksa logika / masuk akal-nya sebuah informasi yang disebarkan.

Aksi lilin perdamaian yang berakhir pada pukul 21.00 ini juga menyoroti kinerja aparat keamanan. Mereka mendesak agar aparat keamanan pertama-tama dan terutama memperhatikan perlindungan, rasa aman, rasa nyaman masyarakat di Poso dalam operasi keamanan. Aksi lilin perdamaian untuk Poso yang juga diikuti oleh Wakil Bupati Poso dan sejumlah elemen masyarakat yang tergabung dalam Koalisi Rakyat Poso memiliki harapan Poso damai dan keadilan untuk warga Poso tetap bisa diperjuangkan.

Aksi lilin perdamaian untuk Poso adalah klaim bersama masyarakat akar rumput di Poso, bahwa orang Poso siapapun dan beragama apapun tidak akan pecah. Sebaliknya masyarakat Poso menguatkan barisan untuk menjaga perdamaian di Poso dan tetap memperjuangkan keadilan. Lilin menjadi simbol dari aksi ini, bahwa sekecil apapun upaya nyata di masyarakat untuk menjaga perdamaian, sangat berarti untuk menjaga tana Poso.

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda